Khasiat.org

Alfalfa

Bagikan pada teman anda yang membutuhkan:

Last Updated on May 15, 2025

Alfalfa, dikenal juga sebagai lucerne, adalah tanaman herbal dari keluarga legum yang telah digunakan selama ratusan tahun sebagai pakan ternak dan obat tradisional. Tanaman ini memiliki daun hijau, bunga ungu, dan akar dalam yang kaya nutrisi. Kecambah, daun, dan biji alfalfa sering dikonsumsi sebagai makanan atau suplemen karena kandungan gizinya yang tinggi.

Kandungan Nutrisi Alfalfa

Dalam 100 gram kecambah alfalfa segar:

  • Kalori: 23 kcal
  • Karbohidrat: 2.1 g
  • Serat: 1.9 g
  • Protein: 4 g
  • Lemak: 0.7 g
  • Vitamin K: 30.5 µg (25% kebutuhan harian, mendukung pembekuan darah)
  • Vitamin C: 8.2 mg (9% kebutuhan harian, imunitas)
  • Folat: 36 µg (9% kebutuhan harian, pembentukan sel)
  • Tembaga: 0.16 mg (18% kebutuhan harian, metabolisme energi)
  • Mangan: 0.19 mg (8% kebutuhan harian, kesehatan tulang)
  • Magnesium: 27 mg (6% kebutuhan harian, fungsi otot)
  • Zat besi: 0.96 mg (5% kebutuhan harian, pembentukan darah)
  • Senyawa bioaktif: Saponin, flavonoid, fitoestrogen, kumarin, fitosterol, alkaloid, dan antioksidan (melawan radikal bebas)
  • Lainnya: Kalsium, fosfor, kalium, vitamin A, B1, B2, B6, E, dan asam amino esensial

Daun dan biji alfalfa mengandung protein lebih tinggi (22–29% pada tanaman kering) dan klorofil, menjadikannya pangan fungsional.

Manfaat Alfalfa

  1. Menurunkan Kolesterol: Saponin mengikat kolesterol di usus, menurunkan kadar LDL (kolesterol jahat) dan risiko penyakit jantung.
  2. Mengontrol Gula Darah: Serat memperlambat penyerapan glukosa, membantu penderita diabetes atau risiko diabetes.
  3. Meredakan Gejala Menopause: Fitoestrogen menyerupai estrogen, mengurangi keringat malam dan hot flashes, meskipun bukti masih kontroversial.
  4. Meningkatkan Produksi ASI: Fitoestrogen, dikombinasikan dengan jintan hitam atau fenugreek, merangsang laktasi.
  5. Melawan Radikal Bebas: Antioksidan (flavonoid, kumarin) melindungi sel dari kerusakan akibat polusi, UV, atau pestisida, mengurangi risiko kanker.
  6. Meredakan Radang Sendi: Sitokinin memiliki sifat anti-inflamasi, mengurangi nyeri dan kaku sendi, meskipun bukti terbatas.
  7. Melancarkan Saluran Kemih: Sifat diuretik membantu membersihkan bakteri dari saluran kemih, mencegah infeksi.
  8. Mendukung Kesehatan Tulang: Vitamin K dan kalsium memperkuat tulang, mencegah osteoporosis.
  9. Meningkatkan Imunitas: Vitamin C dan protein mendukung sistem kekebalan, membantu melawan infeksi seperti flu atau bronkitis.
  10. Menjaga Kesehatan Jantung: Kalium dan magnesium mendukung sirkulasi darah dan mengurangi risiko stroke atau aterosklerosis.

Dosis Konsumsi

  • Kecambah Alfalfa:
    • Dewasa: 30–100 gram/hari sebagai tambahan salad, sandwich, atau tumisan.
    • Aman sebagai bagian dari pola makan sehat, tetapi hindari konsumsi berlebihan karena risiko bakteri pada kecambah mentah.
  • Suplemen Alfalfa (daun/biji):
    • Dosis umum: 5–10 gram (1–2 sendok teh) daun kering direndam sebagai teh, 3 kali/hari, atau 2–4 gram ekstrak/hari.
    • Kolesterol: 5–10 gram/hari, berdasarkan studi kecil.
  • Ekstrak Alfalfa:
    • 250–500 mg/kg berat badan (disesuaikan dari penelitian hewan), tetapi konsultasikan dengan dokter.
  • Catatan:
    • Mulai dengan dosis rendah untuk memantau reaksi tubuh.
    • Konsultasikan dengan dokter untuk dosis spesifik, terutama jika ada kondisi medis (misalnya, diabetes, lupus) atau penggunaan obat (antikoagulan, antidiabetes).
    • Hindari kecambah mentah jika sistem imun lemah karena risiko kontaminasi bakteri (E. coli, Salmonella).

Efek Samping

  1. Gangguan Pencernaan: Konsumsi berlebihan (>10 gram/hari suplemen) dapat menyebabkan diare, mual, muntah, atau kembung.
  2. Reaksi Alergi: Gatal, ruam, sesak napas, atau keringat berlebih pada individu sensitif.
  3. Risiko Pendarahan: Vitamin K tinggi dapat mengganggu obat antikoagulan (misalnya, warfarin), meningkatkan risiko pendarahan.
  4. Lupus (SLE): Biji alfalfa mengandung L-canavanine, yang dapat memicu atau memperburuk gejala lupus pada individu rentan. Hindari penggunaan biji.
  5. Kehamilan dan Menyusui: Hindari suplemen alfalfa karena risiko stimulasi hormon atau efek samping pada janin/ASI. Konsumsi kecambah dalam jumlah kecil aman, tetapi konsultasikan dokter.
  6. Infeksi dari Kecambah Mentah: Risiko kontaminasi bakteri (Salmonella, E. coli) jika tidak dicuci bersih.
  7. Interaksi Obat:
    • Antidiabetes: Dapat meningkatkan efek penurun gula darah, menyebabkan hipoglikemia.
    • Estrogen/Kontrasepsi hormonal: Fitoestrogen dapat mengganggu efektivitas.
    • Imunosupresan: Meningkatkan imunitas, mengurangi efek obat.
    1. Lainnya: Sakit kepala, pusing, atau kelelahan pada konsumsi berlebihan.
    2. Pancytopenia: Konsumsi berlebihan dikaitkan dengan penurunan sel darah (jarang).

    Penelitian Ilmiah

    1. Kolesterol:
      • Studi kecil (3 relawan, 3 minggu) menunjukkan alfalfa menurunkan kolesterol total dan LDL tanpa efek samping, berkat serat dan saponin.
      • Penelitian hewan mendukung bahwa saponin alfalfa meningkatkan HDL dan menurunkan LDL, mengurangi risiko aterosklerosis.
    2. Diabetes:
      • Penelitian pada 32 tikus betina obesitas (250–500 mg/kg ekstrak alfalfa) menunjukkan penurunan signifikan glukosa, kolesterol, trigliserida, dan LDL. Efek ini menjanjikan untuk diabetes, tetapi studi manusia masih terbatas.
    3. Anti-inflamasi:
      • Sitokinin alfalfa terbukti meredakan gejala radang sendi pada penelitian in vitro, tetapi studi klinis pada manusia belum memadai.
    4. Menopause:
      • Fitoestrogen alfalfa membantu gejala menopause (studi pendahuluan), tetapi efektivitas dan keamanan memerlukan penelitian lanjutan.
    5. Kanker:
      • Universitas Berkeley menemukan fitoestrogen alfalfa memiliki sifat antioksidan, berpotensi melawan kanker, tetapi bukti klinis belum kuat.
    6. Pakan Ternak dan Nutrisi:
      • Penelitian UGM (2018) menunjukkan alfalfa (1–3% dalam pakan ayam petelur) meningkatkan berat telur dan efisiensi pakan, dengan protein 22–29%.
      • Alfalfa kaya klorofil dan 60 jenis nutrisi, mendukung potensi sebagai pangan fungsional.
    7. Keterbatasan:
      • Banyak penelitian dilakukan pada hewan atau skala kecil, sehingga efek pada manusia memerlukan studi klinis lebih lanjut.
      • Keamanan jangka panjang, terutama untuk suplemen biji, belum sepenuhnya terbukti.
      • Efektivitas sebagai obat (misalnya, untuk radang sendi, menopause) belum cukup kuat untuk menggantikan terapi medis.

    Catatan Penting

    • Penyimpanan: Simpan kecambah alfalfa di kulkas, konsumsi dalam 2–3 hari, dan cuci bersih untuk mencegah bakteri. Suplemen simpan di tempat kering dan sejuk.
    • Konsumsi Aman:
      • Hindari biji alfalfa untuk penderita lupus atau riwayat autoimun.
      • Konsultasikan dengan dokter sebelum konsumsi suplemen, terutama jika hamil, menyusui, atau menggunakan obat antikoagulan/antidiabetes.
      • Pilih produk suplemen terpercaya untuk menghindari kontaminasi.
    • Pengolahan: Kecambah dapat ditumis, dijadikan salad, atau topping sandwich. Daun kering cocok untuk teh atau suplemen.
    • Sumber Data: Informasi berdasarkan jurnal ilmiah, situs kesehatan terpercaya (Alodokter, KlikDokter, IDN Medis), dan pedoman nutrisi, diakses hingga Mei 2025.